Selama 381 Tahun, 171 Tsunami Terjadi di Indonesia

3 11 2010
JAKARTA – Indonesia berada di atas tanah yang tidak stabil. Karena itu, tak heran jika negeri ini kerap dilanda letusan gunung, gempa, tsunami, dan tanah longsor 

Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak 1629 hingga 2010 ini atau dalam kurun 381 tahun, tsunami sudah terjadi sebanyak 171 kali di Indonesia.

Karena itu, perhatian serius harus diberikan kepada warga yang tinggal di sepanjang pesisir pantai daerah-daerah yang rawan terjadi tsunami. BNPB mencatat ada 150 kota dan kabupaten di Indonesia dari Aceh hingga Papua yang rawan bencana terjangan ombak pasca-gempa tersebut.

“Masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai cukup banyak, khususnya daerah sekitar pantai barat Sumatera Barat, hampir 800 ribu jiwa,” ujar Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat ditemui okezone di kantornya, Jalan Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (3/11/2010).

Pemerintah, lanjut Sutopo, tidak mungkin merelokasi seluruh warga yang tinggal di sepanjang pesisir karena membutuhkan dana besar. Tak hanya itu relokasi besar-besaran juga akan menimbulkan potensi konflik sosial.

“Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana memberikan sosialisasi secara terus menerus kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiap-siagaan. Memberikan peringatan dini potensi terjadinya tsunami. Selain itu kita juga meningkatkan kemampuan Iptek dalam penanggulangan tsunami,” terang Sutopo.

Sementara itu untuk wilayah Kepulauan Mentawai yang diprediksi masih akan diguncang gempa 8,8 skala richter, Sutopo mengusulkan agar warga di pesisir dipindahkan ke wilayah lebih dalam.

“Pulau-pulau kecil, Pulau We, Siberut, Mentawai, Pagai, Sibora yang termasuk sangat rentan dengan tsunami, kita upayakan warga tidak tinggal di sepanjang pantai tersebut. Karena tipe tsunami di Indonesia bertipe lokal, yaitu sumber gempa dan sumber tsunaminya sangat berdekatan dengan pulau-pulau kecil,” beber Sutopo.

Wilayah ideal, menurut Sutopo, adalah lokasi yang jaraknya 1 jam dari peringatan adanya tsunami. “Berbeda dengan wilayah lain yang mungkin ada tenggat waktu antara gempa dan tsunami hingga 1 jam. Artinya masih ada waktu untuk evakuasi,” tuturnya.

Dia mengatakan, pengalaman saat gempa 25 Oktober lalu, permukiman di Pagai hanya berjarak lima menit dari hantaman tsunami pasca-gempa.

“Kemampuan teknologi kita dari BMKG dalam memberikan sistem informasi peringatan dini tsunami itu 4 menit 46 detik. Katakan masyarakat memperoleh informasi dalam 4 menit 46 detik sementara potensi tsunami hanya 5 menit, maka hanya ada tenggat waktu 14 detik. Suatu hal yang mustahil,” ucapnya.
(ton)

sumber: okezone.com


Aksi

Information

Tinggalkan komentar